<< BACK

Tebu

Salah satu penyebab rendahnya produksi tebu di Indonesia adalah rendahnya tingkat produktivitas perkebunan tebu di Indonesia. Tingkat produktivitas perkebunan tebu hanya sekitar 60 ton per hektar lahan sekarang. Angka tersebut hampir setengah produktivitas tebu di Peru yang dapat mencapai sekitar 125 ton per hektar. Akibatnya, Indonesia menempati urutan ke 51 dari 103 negara penghasil gula dunia. Bahkan kadar gula yang dihasilkan pada tebu di Indonesia hanya sekitar 6 – 8 %, sedangkan kadar gula pada tebu yang terbaik dapat mencapai sekitar 14 %. Akibatnya produksi gula di Indonesia sangat rendah per hektarnya. Total produksi gula Indonesia hanya sekitar 2,8 juta ton gula per tahun dari luas area perkebunan tebu di Indonesia sekitar 450 ribu pada tahun 2015. Rendahnya produksi gula di Indonesia tersebut tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan gula masyarakat. Akibatnya, total impor gula Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, total impor gula Indonesia hanya sekitar 300 ribu ton ,sedangkan pada tahun 2015, total impor gula Indonesia meningkat lebih dari 10 kali lipat menjadi 3,4 juta ton. Bahkan untuk kebutuhan gula rafinasi sebesar 3 juta ton per tahun seluruhnya diimpor dari negara lain. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah mencanangkan pada tahun 2019 menjadi tahun swasembada gula nasional.

Salah satu faktor penyebab utama rendahnya produktivitas perkebunan tebu di Indonesia adalah masih digunakannya cara tradisional untuk menghasilkan benih tebu. Tebu umumnya ditanam secara vegetatif dengan menggunakan stek batang atau mata tunas tanpa mengalami perlakuan apapun. Teknik pembenihan secara vegetatif tersebut, meskipun mudah dan murah dilakukan, namun teknik tersebut mengakibatkan terkumpulnya berbagai penyakit, baik bakteri, jamur maupun virus pada anakan dan keturunannya. Akibatnya benih tebu yang berasal dari perbanyakan secara konvensional tidak berkualitas meskipun digunakan varietas yang unggul.

Salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk menghasilkan benih tebu yang bebas penyakit adalah dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Bahkan jika menggunakan kultur meristem, benih tebu yang dihasilkan disamping bebas dari hama dan penyakit juga bebas dari beberapa jenis virus yang mampu menurunkan produktivtias tebu secara masive. Kultur meristem terbukti mampu mengeliminasi empat jenis virus sampai 92 %. Disamping itu, kultur jaringan juga mampu memproduksi benih unggul dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan teknik konvensional. Di India, penyebaran varietas baru untuk dibudidayakan petani membutuhkan waktu sekitar 10 – 12 tahun dengan metode konvensional, namun dengan menggunakan kultur jaringan waktu tersebut menjadi lebih singkat, yaitu hanya 1 – 2 tahun saja.

Jayo Agro Biotechnology (JAB) mampu memproduksi benih tebu hasil kultur meristem untuk berbagai kultivar tergantung pesanan. Saat ini tersedia benih tebu kultivar Bululawang (BL) yang merupakan kultivar masak tengah akhir maupun kultivar NX 01 untuk kultivar masak awal. Beberapa kultivar tebu yang dapat disediakan dengan cepat seperti PS 881, PS 862, maupun NX 03. Volume produksi benih tebu hasil kultur meristem tersebut dapat mencapai lebih dari 3 juta benih per tahun tergantung pesanan

Untuk Informasi harga dan ketersediaan Benih silahkan hubungi kami